Desa Jeruk

Kec. Miri
Kab. Sragen - Jawa Tengah

Artikel

CERITA RAKYAT DESA JERUK

Administrator

07 Maret 2023

1.345 Kali dibuka

Cerita Rakyat Sebagai Identitas Masyarakat

Bonaventura Marsev Paskallis

bonamarsev@student.uns.ac.id

 

 

Abstract

Folklore has a position and a really important function for its proponent people. One of those folklores that exist in Mendalan, Jeruk, Sragen, Central Java, is a folklore called Pangeran Honggowongso. In addition to completely describe the story, this research also intend to discover the transmission process and the funtions that appear in the Pangeran Honggowongso. Finally, through qualitative descriptive approach by interview, observation and bibliographical techniques, it appears that the folklore doesn’t only play its role as an entertainment, education, reflection or ritual, but also offers a consciousness to the people about the past, about who were their ancestors and the origin of how their native land formed.

Keywords: folklore, description, transimission, funtion.

 

Pendahuluan

Cerita rakyat adalah bagian dari kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun, secara tradisional dalam bentuk lisan. Pada dasarnya setiap daerah mempunyai cerita rakyat yang dikenal secara turun-temurun. Cerita rakyat tersebut sangat berharga dan bernilai tinggi bagi kelompok masyarakatnya (folk-nya). Dalam cerita rakyat ditemukan tema dan makna simbolik tentang hidup bersosial dan pesan-pesan tertentu. Ia bersifat fiktif dan anonim, tetapi membawa ajaran dan pesan itu terselip pada cerita tokoh yang diceritakan, baik tingkah lakunya dan tindakannya semasa hidupnya. (Dananjaya, 1994)

Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk dari sastra lisan. Tak heran jika kemudian muncul berbagai versi dari sebuah cerita rakyat. Hal ini menjelaskan bahwa ingatan-ingatan orang terhadap cerita itu tidak sama, juga perbedaan perhatian pada unsur-unsur yang ada di dalamnya. Berbeda dengan cerita sejarah yang harus menunjukkan fakta-fakta, cerita rakyat tidak terpaku pada fakta-fakta yang terjadi tetapi lebih pada ingatan-ingatan orang. Nilai penting dari cerita rakyat terletak pada kesan-kesan, ingatan-ingatan, dan pemahaman mengenai apa yang pernah terjadi pada masa lampau sehingga menjadikan cerita itu tetap dikenang. (Thohir, 2007)

 

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang temuantemuannya tidak melalui prosedur statistik dan bentuk hitungan lainnya. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Penelitian juga dilakukan dengan teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan kepustakaan. Teknik pengumpulan data adalah cara kerja bersistem untuk mempermudah melakukan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang diinginkan.

 

Pembahasan

Cerita Rakyat Pangeran Honggowongso

Hoggowongso atau yang lebih dikenal sebagai Eyang Honggowongso ini adalah tokoh yang sangat berpengaruh bagi Desa Jeruk khususnya Dusun Mendalan. Honggowongso semasa hidupnya sangat rajin, tekun, saleh, dan jujur,  sehingga menjadi orang kepercayaan Kerajaan Sala. Eyang Honggowongso melakukan perjalanan menuju utara hingga menemukan hutan-hutan yang dipenuhi kayu jati. Disinilah misi dakwah Eyang Honggowongso dimulai. Dengan singgah di tengah-tengah hutan jati, Honggowongso memulai dengan babat alas atau wit witane di pethal pethal. Degan begitu Honggowongso menamai daerah ini dengan nama Menthalan.

Pada suatu Ketika datanglah Sumbowati yang menunggangi kuda sembrani dengan waktu satu malam dari Solo. Eyang Honggowongso yang berada di daerah situ pun merasa terganggu dengan kedatangan Sumbowati ini, Sombowati yang datang dengan arogan dan keangkuhan inilah yang membuat Honggowongso tidak menyukai sifat dari Sumbowati. Honggowongso yang saat itu menjadi tangan kanan Kerajaan Sala pun memberanikan diri untuk ikut sayembara dari Ratu Sala, untuk melawan Sumbowati. Sumbowati ini adalah musuh dari Kerajaan Sala, Ia berniat untuk mengancurkan Kerajaan Sala dengan kuda Sembraninya yang sering mondar-mandir melewati daerah Solo.

Hanya Honggowongsolah yang berani untuk melawan Sumbowati ini. Mulanya daerah Mendalan ini adalah daerah bukit-bukit dengan dipenuhi dengan tanaman Jati, pada saat itu Honggowongso hendak membangun bendung diantara desa Mendalan dan Sunggingan. Waktu yang diberikan hanyalah 1 malam, namun Honggowongso gagal membangun bendung ini karena gangguan dari Sumbowati. Dengan begitu Honggowongso menantang Sumbowati ini dan hendak mengusirnya keluar dari daerah Mendalan dan juga Solo. Saat itu Sumbowati menantang terlebih dahulu Pangeran Honggowongso, dengan menyelam kedalam kedung (semacam waduk) dan menancamkan Tiang Pusaka. Honggowongso dengan berani dan cerdik menerima tantangan tersebut.

Pangeran Honggowongso dengan gagah berani menyelam kedalam kedung terlebih dahulu dan mengambil Tiang Pusaka yang berada di dasar kedung, lalu keluar ke permukaan dengan selamat tanpa ada yang berkurang sama sekali. Tiba giliran Sumbowati, Honggowongso sudah menyiapkan taktik yang cemerlang dengan meminta jala dari Kerajaan Sala untuk menangkap Sumbowati saat menyelam kedalam kedung. Benar saja saat Sumbowati menyelam masuk kedalam kedung, Honggowongso langsung menebar jala itu menutupi kedung hingga Sumbowati tidak bisa keluar dari kedung itu. Hingga akhirnya Sumbowati terperangkap dan meninggal dalam jala yang diberikan dari Kerajaan Sala tersebut. Peristiwa ini dinamai mboleti yang memiliki arti Sumbowati sedha kelet ing jala (Sumbowati mati lengket di jala).

Berkat keberanian dari Honggowongso dan kemenangan Honggowongso atas Sumbowati, Kerajaan Sala ingin memberikan hadiah kepada Honggowongso berupa jabatan dan wilayah kekuasaan. Namun Honggowongso menolak pemberian hadiah itu dan lebih memilih untuk menjadi orang biasa dengan dianugrahi keturunun yang banyak atau disebut dalam bahasa jawa ”Dipetri-petri turun maturun anak putu”. Namun pihak Keraton Solo tetap ingin memberikan hadiah kepada Honggowongso berupa amben gumantung (dipan bergantung tidak menyentuh lantai).

 

Fungsi dari Cerita Rakyat Pangeran Honggowongso

Sebagaimana umumnya, cerita-cerita rakyat selalu menggunakan alur lurus. Cerita-cerita rakyat selalu mengandung fungsi yang hendak disampaikan oleh penuturnya. Fungsi dalam cerita rakyat itu biasanya tersirat di dalam peristiwa-peristiwa yang dialami oleh si tokoh utama cerita rakyat tersebut.

Pada umumnya cerita rakyat memiliki nilai-nilai sendiri, termasuk ajaran norma sosial, agama beserta sikap dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat pendukungnya serta penyampaian gagasan yang mengandung pembangunan mental manusia. Cerita rakyat berfungsi sebagai pengungkap tentang masyarakat, bagaimana folk-nya berfikir. Selain itu cerita rakyat juga berguna untuk mengabadikan segala sesuatu.

Cerita Rakyat Pangeran Honggowongso adalah kisah perlawanan untuk mempertahankan Kerajaan Surakarta. Pangeran Honggowongso atau Eyang Honggowongso seperti melambangkan kecenderungan di dalam kehidupan manusia, yaitu bersaing mempertahankan daerah kekuasaan yakni Kerajaan Surakarta. Honggowongso menggunakan keberaniannya untuk melawan musuhnya, yakni Sumbowati agar mundur tidak mengganggu wilayah Kerajaan Surakarta.

Unsur menarik dari cerita ini adalah konflik yang terjadi di antara tokoh-tokohnya. Sumbowati berperan sebagai tokoh antagonis sekaligus pencipta ketegangan dan teror pada masyarakat, sehingga muncul unsur hiburan dan pendidikan dalam cerita rakyat tersebut.

Fungsi Pendidikan

Unsur pendidikan dalam cerita rakyat Pangeran Honggowongso ini terlihat pada kesediaan Pangeran Honggowongso melawan Sumbowati. Selain itu, unsur pendidikan juga muncul pada cara penyelesaian masalah oleh Honggowongso yang menggunakan kepandaiannya dan kecerdasannya hingga Sumbowati dapat terjebak dan akhirnya mati. Pesan yang hendak disampaikan dalam cerita ini adalah sikap jujur dan ksatria yang ditunjukkan oleh Honggowongso dalam cerita, manusia menjauhkan diri dari tindakan-tindakan yang arogan, dan hidup sesuai agama, sehingga Honggowongso dapat dijadikan acuan untuk hidup dalam bersosial.

Fungsi Pencerminan/Refleksi

Fungsi refleksi atau pencerminan ini berkaitan dengan Cerita Rakyat Pangeran Honggowongso sebagai alat pengesah pranata dan kebiasaan masyarakatnya. Dalam kehidupan nyata di lapangan, karakter yang melekat pada tokoh Honggowongso ini menjadi titik acuan hidup bersosial di Desa Mendalan. Hidup yang selalu jujur dan saleh dicerminkan oleh Honggowongso, yang sampai saat ini masyarakat Mendalan mengikutinya. Sifat angkuh dan arogan dari Sumbowati adalah sifat yang dibenci oleh tiap manusia. Layaknya hidup dimasa sekarang ini, sifat angkuh dan arogan adalah sifat yang sangat dibenci oleh masyarakat.

Fungsi Ritual

Tokoh Honggowongso oleh masyarakatnya dipercaya sebagai cikal bakal desa Mendalan, sehingga makamnya dikeramatkan. Konsep keramat di sini berarti tempat yang dimuliakan dan oleh karenanya orang tidak bisa bertindak seenaknya sendiri di sekitar makam. Untuk memperingatinya maka setiap Jum’at Wage masyarakat Mendalan selalu meniadadakan aktivitas, dari bertani hingga memanen. Hal ini untuk menghormati Honggowongso, karena pada saat itu pada Jumat Wage Amben Gumantung pemberian dari Keraton Solo terbakar secara misterius. Oleh karena itulah setiap hari Jumat Wage masyarakat tidak melakukan aktivitas, untuk menghindari dari malapetaka dan bencana.

 

Simpulan

Cerita rakyat yang bertema asal-usul daerah selain mempunyai fungsi sebagai hiburan, pendidikan, refleksi maupun ritual juga memberikan kesadaran pada masyarakatnya mengenai masa lalu, asal muasal daerah tersebut terbentuk, siapa tokoh yang menjadi nenek moyangnya, serta peristiwa-peristiwa luar biasa yang dialami tokoh.

Melalui pengetahuan dan pemahaman itulah masyarakat berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya sebagai keturunan dari nenek moyangnya. Disamping itu, cerita rakyat yang melekat pada masyarakat baik alur, tokoh maupun kejadian-kejadiannya membentuk suatu ingatan bagi masyarakat yang bersangkutan dengan asal-usul, identitas, dan superioritas kelompok. Munculnya rasa bangga pada tempat kelahiran, cinta terhadap kelompoknya mampu menumbuhkan persatuan dan kesatuan yang utuh pada mereka.

Rasa menghargai yang tinggi akan muncul apabila mereka paham betul dari mana dan oleh siapa mereka berasal. Juga kebersamaan akan tumbuh apabila mereka mengerti bahwa diberbagai banyak wajah ada persamaan darah yang mengalir pada jiwa mereka. Di sinilah cerita rakyat menjadi sangat penting, karena pada akhirnya masyarakat menjadi tahu tentang identitas diri dan kelompoknya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dananjaya, J. (1994). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Darmono, S. D. (2005). Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.

Endraswara, S. (2005). Tradisi Lisan Jawa: Warisan Abadi Budaya Leluhur. Yogyakarta: Narasi.

Putra, A., & Shri, H. (2001). Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra. Malang: YAA.

Thohir, M. (2007). Memahami Kebudayaan; Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Semarang: Fasindo.

 

Komentar yang terbit pada artikel "CERITA RAKYAT DESA JERUK"

Kirim Komentar

Nama
Telp./HP
E-mail

Komentar

Captha

Komentar Facebook

Aparatur Desa

Kepala Desa

SUPARNO

Sekretaris Desa

ENDANG RETNO SUNDARI

KAUR UMUM DAN TU

MITA DWI RAHMIYATI

KADUS II

INDRI MULYANI

KADUS III

NANANG QOSIM

KASI KESRA

ANDRI YULIANTO

KASI PEMERINTAHAN

FAJAR CAHYANTO

KASI PELAYANAN

JONI RAHMANTO

KAUR PERENCANAAN

SUGIYO

KAUR KEUANGAN

IDA DWI NUR CAHYANI

Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri

Desa Jeruk

Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah

Galeri Video

Video Desa 1

Agenda

Belum ada agenda terdata

Sinergi Program

Komentar

Media Sosial

Statistik Pengunjung

Hari ini:140
Kemarin:192
Total:49.488
Sistem Operasi:Unknown Platform
IP Address:216.73.216.52
Browser:Mozilla 5.0

Transparansi Anggaran

APBDes 2025 Pelaksanaan

APBDes 2025 Pendapatan

APBDes 2025 Pembelanjaan

Lokasi Kantor Desa

Latitude:-7.387243627979645
Longitude:110.80918639898303

Desa Jeruk, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen - Jawa Tengah

Buka Peta

Wilayah Desa